Kumpulan Puisi Iful Rozi

Senin, 13 Oktober 2014


   
 Kerap ia bersenandung dalam syahdu, tapi tak membuat hatinya menjadi beku. Suarapun begitu merdu, membuat semua terpaku padanya. Ia tidak suka menulis, tapi ia terpaksa menulis untuk mengutarakan setiap bisikan hatinya. Berikut kami dengan bangga mempersembahkan beberapa goresan penanya, Iful Rozi.




SALJU HITAM, karya Iful Rozi

Jika pada waktu ini angin ingin berhembus
Bawa saja salamku untuk para perintih yang seiring hilang
Ingat saja, bahwa malam ini begitu henyak dan senyap
Para pesohor mempunyai segenap kata dan akan segera diluapkan
Pemburu tak jemu memberikan segelintir pijakan untuk mangsanya

Jika pada waktu ini angin ingin berhembus
Aku akan menunjuk suatu sudut yang tak lain pada setitik salju hitam
Ia begitu pekat, gelap, sedih
Aku ingat katanya yang dahulu
Sebelum ia tinggalkan kehidupan kelam

Jika pada waktu ini angin ingin berhembus
Salamku akan sampai kepadanya
Dengan sejuta dedaunan menghampiri dan terus melekat kepadanya
Kau adalah salju hitam yang dulu sering ceriakan dunia
Namun kau telah mati
Mati meniti jalur untuk kehidupan selanjutnya.



Montasik, Oktober 2013

PERAHU KERTAS, karya Iful Rozi

Di sudut benalu bernaung indah
Dalam sudut kayangan malam menjelma menjadi pernak-pernik rinai
Dan tak berujung, hingga waktu dini menyapa alam
Takkan bisa terlupa saat malam kenang berselimutkan kelabu

Baik-baik saja di sana
Perahu kertas akan selalu menunggu rinai itu kembali berdoa
Kembali rentan di sini dan terus rentan
Malam akan terus kelabu
Takkan ada yang tahu
Karena perahu kertas telah pergi
Tinggal pujaan yang kini tak berbekas dan menjadi kenang.

18 Agustus 2012.

SERIBU TAHUN SURAM, karya Iful Rozi

Hati berdegub kencang memuncakkan warna dan janji-janji
Kau berdiri sendiri pas di depanku layaknya tiap hari kau tetap di situ
Hingga lagi dan lagi aku percaya aku akan terus berada berpas-pasan
Satu ketika lagi, aku akan dekat, dan sangat dekat

Laksana telah berlalu seribu tahun, aku mencintaimu
Beribu tahun lamanya
Warna dan janji yang lampau telah tampak suram
Seribu tahun lagi jangan takut aku akan segera temukan langkahku untukmu
Seribu tahun lagi

Malam tak mampu tahankan waktu agar aku mengais-ngais singgasana lampau
Dan ternyata semakin suram
Biar seribu tahun yang akan datang semakin suram
Aku masih melihatmu berdiri di depanku layaknya kau selalu berdiri di situ.

Montasik, Desember 2012 



Share this article :

Similiar Templates

Tidak ada komentar:

Informasi

Diperkenankan mengambil isi di dalam blog ini dengan catatan "Jangan lupakan sumbernya"
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Teater Gemasastrin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger