Kursi Berputar

Rabu, 27 Februari 2013

        Hampir semua puisi tentang kritikan politik kita lihat menggunakan diksi yang jelas dan tepat, tanpa unsur kegelapan, karena mereka hendak ingin mengutarakan perasaan yang mereka rasakan ke dalam puisi jelas seperti apa yang mereka rasakan. Begitu pula penulis yang satu ini, ichsan manto vani. Mencoba mengutarakan perasaan yang membuat ia jera dengan tingkah aneh bangsa ini.

kunyah berikut ini wahai pecandu seni.......





Ketika aku melihat dengan mata kepala sendiri
Aku hanya bisa berkata dalam hati
“Tuhan. Sadarkanlah mereka ini”
Mereka tidak pantas menjadi petinggi
Jika tidak bisa mengayomi

Ini mungkin hanya Cuma-Cuma bagi mereka
Tapi kami gantungkan cita-cita Negeri pada mereka
Kalian adalah petinggi kami
Tapi kalian sering melakoni pangkat
Dengan hal yang tidak sepantasnya
kalian lakukan

Kepercayaan yang tidak bisa kalian jaga
Saat itulah kebencian kami mulai membara

Sandiwara hidup terus kalian jalani
Di atas kepedihan air mata ini
Sampai semua yang kalian harapkan bisa tercapai
Lalu kalian campakkan kami sesuka hati kalian
Dan mata ini menjadi saksi saudara ku

Aku tertawa dalam kesedihan saudara
Melihat kisah yang aneh dijalanan
Ingin aku mengganyal duka lara kami
Dengan sebuah lontaran kata-kata mutiara
Tetapi apalah daya kami
Kami hanya rakyat jelata bagi kalian para petinggi
Yang hanya bisa bersorak-sorak di pinggir jalan
Dengan sebuah toa

Negeri nan subur namun gersang tak bertepi
Inilah negeri kita kawan
Negeri yang berharap pada kursi berputar.

Oleh : Ichsan Mantovani, pegiat Teater Gemasastrin Unsyiah.
Share this article :

Similiar Templates

Tidak ada komentar:

Informasi

Diperkenankan mengambil isi di dalam blog ini dengan catatan "Jangan lupakan sumbernya"
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Teater Gemasastrin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger