Orang-orang Bingung

Senin, 17 Februari 2014

Orang-orang Bingung
                                                              Karya Muhammad Rifky

PM: perempuan muda
PT: perempuan tua
PR: perempuan remaja

PANGGUNG GELAP. LALU PELAN-PELAN LAMPU HIDUP. TERLIHAT SEORANG LAKI-LAKI MUDA DUDUK DI SEBUAH HALTE YANG ADA DI TENGAH-TENGAH PANGGUNG. PANDANGANNYA BINGUNG. BERBAJU KAOS SOBEK-SOBEK, BERCELANA KAIN ORANG KANTORAN. SEPATUNYA GAYA ANAK MUDA. RAMBUTNYA RAPI. WAJAHNYA MASIH BINGUNG.
MASUK SEORANG PEREMPUAN TUA, DUDUK DI SEBELAH KANANNYA, AGAK BERJAUHAN SEKITAR SATU SETENGAH METER. WAJAHNYA BIASA SAJA, TIDAK ADA BEBAN. HANYA ASIK MENGGOSOK-GOSOK GIGINYA DENGAN RANUP. ITU DILAKUKANNYA DENGAN PELAN-PELAN. LALU, OBE (LAKI-LAKI MUDA) MENYADARI KEMUNCULAN PEREMPUAN TUA ITU. MELIHAT PELAN DENGAN TATAPAN BINGUNG, DAN SEPERTI MENERKA-NERKA. SELANG BEBERAPA WAKTU KETIKA OBE MASIH BINGUNG MELIHAT PEREMPUAN TUA DI SEBELAH KANANNYA, MASUK PEREMPUAN MUDA DUDUK DI SEBELAH KIRINYA, JARAKNYA HANYA SEJENGKAL DARI OBE, NAMUN TIDAK BERSENTUH. PEREMPUAN MUDA ITU BERPENAMPILAN GLAMOR. OBE MEMALINGKAN PANDANGNYA KE KIRI, KE ARAH PEREMPUAN MUDA, DAN TERKEJUT.
Obe : hushh... hussh (dengan raut takut-takut-tidak, menyuruh perempuan muda itu agar lebih menjauh dari sampingnya.)

PEREMPUAN ITU BERGESER AGAK LEBIH JARAK. OBE MENATAPNYA DENGAN TATAP BINGUNG, DAN SEPERTI MENERKA-NERKA, LALU TERKAANNYA HILANG. DI TERKA LAGI. HILANG LAGI.
OBE KEMBALI LAGI MELIHAT KE KANAN.
Obe : sedang apa?
PT : duduk. Kenapa? Kamu sedang apa?
Obe : (terkejut, heran, dan dengan ragu-ragu menjawab) ti... tidak kenapa-kenapa. A... aku juga duduk, eh.. sedang duduk. (sunyi) Ibuk duduk ngapain?
PT : menunggu mati (dengan santai)
Obe : hah?? (makin terkejut). Mati kok ditunggu?
PT : suka-suka saya dong. (sunyi) Eh, mati adalah hal yang pasti, bukan?
Obe : hah? Eh. iya iya. Pasti. Pasti.
PT : aku menunggu mati, berarti jelas, aku menunggu kepastian. Apa salahnya aku menunggu kepastian?
Obe : hidih... (tidak berterima, lalu berubah raut menjadi berterima). Eh... iya juga ya...
MELIHAT KE KIRI, DAN DENGAN RAGU-RAGU BERTANYA.
Obe : kamu ngapain?
PM : tidak ngapa-ngapain. Kamu ngapain?
Obe : hah? Duduk... eh, tidak ngapa-ngapain juga. (sunyi) Kamu tidak ngapa-ngapain, lalu ngapain?
PM : mejeng-mejeng aja. Masalah buat lo? (tersenyum sinis).
Obe : eng... eng...
PM : eng... eng... apa eng?
Obe : enggak... enggak masalah. (sunyi)
PM : penampilan kamu aneh, necis bukan, urak-urakan juga tidak. Apa maksudnya itu?
Obe : suka-suka saya dong.
PM : berani? Hah? beraaani? (marah dan geram)
Obe : aikk. Tidak tidak. Eum... ssa...sa...saya... (mulai lesu) saya korban takdir zaman.
PM : (tertawa).
TIBA-TIBA SESEORANG, IBU-IBU, PENAMPILANNYA BIASA SAJA, TAPI NAMPAK SEPERTI RAKUS, SUKA MAKAN UANG HARAM, DIA BARU PULANG KERJA, LEWAT DARI SEBELAH KIRI. MELIHAT KE MATA OBE. TERUS MELIHAT , SAMPAI DIA BERHENTI KETIKA OBE MENGELUARKAN SUARA. TATAPANNYA SEPERTI MENANTANG. PM MASIH TERTAWA GELI, TAPI DENGAN SUARA YANG KECIL.
Obe : apa? (menggertak, tapi ragu pula)
Ibu-ibu : apa? Apa? (mata melotot tak senang)
Obe : apanya yang apa? Ini mau? (menggertak dengan menunjukkan tinjunya. Tetap dengan ragu-ragu)
Ibu-ibu : eeeeeeeh kamu! (membuka sepatu dan hendak memukul ke bahu OBE).
Obe : aaaauuu. Au.. au. Ampun ampun. Jangan-jangan (muka terbodoh-bodoh dan gondok)
IBU-IBU ITU TERUS SAJA LEWAT.
KETIKA OBE BERBALIK HENDAK DUDUK LAGI DI TEMPATNYA SEMULA, TIGA ORANG ANAK MUDA LEWAT, DENGAN PAKAIAN GAYA MUTAKHIR.
PR1, PR2, PR3 : hahahahah... (tertawa centil ketika masuk panggung, lalu berjalan pelan-pelan sampai akhirnya berhenti di tengah panggung)
PR2 : eh... eh... ni lihat gelang aku, ini asli singapure. Aa, lihat warnanya, putih ke-emas-emasan. Hollywood pakek ni.
PR1 : o iya? Suami aku juga baru pulang dari luar negri, London. Dia kasih aku oleh-oleh ini (sambil nunjukin sepatunya). Emang nampaknya biasa aja, tapi tengok haknya, magnet lho, jeng. Bisa nyatu dengan lantai semen, keramik, juga besi. Ini bikin kita gak mudah terpelekok kalau lagi jalan, tapi ini tetap mudah dan nyaman untuk jalan (dengan sombong memamerkan).
PR3 : waaah, tasku korea punya barang ni. Ini desain minimalis, tapi tetap mahal lho, harganya masih di atas rata-rata harga indonesia, 15 jeti. Tapi ini Cuma muat handphone, eh android maksudku, terus make up, sama dompet aja.
Obe : (menyimak pembicaraan mereka dengan heran dari tadi) hei... Nih baju saya, Bandunge punya barang. Gitu aja dibanggain. Eh. Aku mau mati ni. Kain kafan yang dari Singapure ada gak? Atau dari Korea, London? Ada? Ada? (mengejek).
PR2 : eh sirik aja. Yok yok kita pergi, ada orang sirik di sini (menarik teman-temannya pergi).
PR1 dan PR3 : yok yok... gak asik banget di sini. (melihat jijik ke arah Obe)
Obe : huuuu, dasar anak muda sekarang, anak muda bingung! Taunya beli-beli aja, tidak mau tau-menau untuk memproduksi dan menghasilkan. Katanya, ‘gue cinta indonesia, gue bangga menjadi orang Indonesia juga dengan produknya itu’ (meniru kata-kata). Apaan? Bullshit! eh, omong kosong.
PEREMPUAN TUA YANG DUDUK DI SEBELAH KANANNYA TADI LALU MENGELUARKAN SUARA.
PT : anak muda, kau korban takdir zaman?
Obe : hah? (linglung, mencari arah suara)
PT : hey, kau korban takdir zaman? Apa yang telah menimpamu?
Obe : iya, kira-kira begitu.
PT : apa yang telah menimpamu? (kesal pertanyaannya tak dijawab)
Obe : oh... euum. Saya hidup di zaman ini, zaman merdeka ini. Aku bekerja di kantor swasta yang mengelola hasil alam. Dua pekan yang lalu, istriku mati, anak perempuanku juga begitu. Malam sebelum mereka mati, aku lembur di kantor. Malam itu pula, sekelompok orang datang kerumahku, aku tidak tau siapa mereka, yang jelas mereka sempat menelponku, dan meminta bayaran atas keamanan. Keamanan apanya, kataku, dari pihak mana kalian? Katanya lagi, mereka menjaga keamanan untuk hidup di zaman ini. Mereka pikir aku sudah hidup aman, apa? Toh mereka juga kan yang membuat rusuh, membunuh istri dan anak perempuanku sebab aku telah berani menantang mereka atas dasar membela diri.
PT : malang sekali nasibmu.
PM : iya, kasihan (santai dan cuek saja)
PT : lalu, kamu di sini menunggu siapa?
(sunyi)
Obe : hari ini hari apa?
PT : hari...(mikir)
PM : hari jum’at. (dengan cekatan)
Obe : kemarin kamis?
PM : iya begok, besok sabtu. (kesal, semacam jijik)
Obe : oh... ya ampun, aku lupa. Hari ini kan truck sampah tidak lewat.
PT : kamu menunggu truck sampah?
Obe : tidak, eh... iya. Aku pikir, aku sudah terlanjur menjadi korban zaman. Aku ingin mati saja di lindas kendaraan zaman, milik pemerintah pula. Biarlah begitu. Biar puas saja. Aku pikir sudah tidak ada guna lagi aku hidup. Aku melayani orang-orang, tapi orang-orang zaman, malah menikamku dari depan dan belakang. Apa gunanya?
PT : tenanglah anak muda, hidup hanya perlu dinikmati, santai. Lihat aku. Tenang, tiada apa yang kupikirkan, kecuali mati, dan mempersiapkan sesuatu menuju mati. Kau malah hendak mempersiapkan mati untuk sesuatu.
Obe : menikmati apa? Apa lagi yang harus kunikmati? Menikmati sakit? Sampai kapan?
PM : sampai kau mati (tertawa). eh... kita pergi sekarang? (teman yang dia tunggu datang, lalu mereka pergi)
Kawan PM : iya, ayok. Om-om di lorong sana udah ngantri tu.
Obe : eh, perempuan gila, (bangun dan mau menampar) sekali lagi kau potong dan tertawakan omongan aku. (mengangkat tangan dan belum sempat menampar perempuan muda itu berdiri dan menantang dengan mata menatap tajam ke muka Obe. Obe tidak jadi menampar dan menurunkan tangannya pelan-pelan)
Kawan PM : siapa dia, Lon?
PM : orang gila hari ini (tertawa).
Kawan PM : hah? (ikut tertawa). Yasudah ayo kita pergi, orang gila jangan terlalu dihiraukan. (menarik tangan PM, lalu mereka pergi ke utara (wing kanan)).
Obe : (menahan marah. Berteriak dari kejauhan) heiii, perempuan-perempuan gila, kau yang gila. dasar! Orang gila, teriak gila!
PEREMPUAN TUA DI SAMPING KANAN OBE TIBA-TIBA AYAN. DAN SEPERTI SAKARATUL MAUT. OBE HANYA MENATAP BINGUNG, MEMPERHATIKAN, DIA TIDAK RESPON APA-APA, KECUALI BINGUNG. TIBA-TIBA PEREMPUAN TUA BENAR-BENAR MENEMUI AJALNYA, DAN OBE BARU TERKEJUT. DIA MULAI AGAK PANIK DAN MAU MENCOBA MENGANGKAT, TAPI RAGU-RAGU MENYENTUHNYA. SAMPAI PEREMPUAN TUA ITU BANGUN SENDIRI (HIDUP KEMBALI TIBA-TIBA). OBE TERKEJUT. PEREMPUAN TUA DENGAN RAUT TANPA BERSALAH BERJALAN KELUAR PANGGUNG. OBE MENGHADANGNYA, DIA TIDAK BERANI MENARIK ATAU MENYENTUH PEREMPUAN TUA ITU.
Obe : kau mau ke mana? Kenapa kau menakutiku dengan berpura-pura mati? (kesal)
PT : aku tidak menakutimu, juga tidak berpura-pura mati.
Obe : lalu itu tadi apa? Ayan, dan tidak sadarkan diri seperti mati, kemudian bangun lagi.
PT : ya mati.
Obe : haa? Mati kenapa begitu?
PT : mungkin karena terlalu besar harapanku untuk mati, atau mungkin terlalu lama sudah aku menunggu mati, maka Diberikanlah mati. Karena mungkin belum benar-benar itu ajalku, maka aku bangun kembali.
Obe : apa itu sakit?
PT : entahlah. Sebelumnya aku seperti diangkat ke udara. Lalu gedebuk, jatuh dan aku tidak sadarkan diri. (tiba-tiba dia jatuh lagi dan tidak sadarkan diri)
Obe : tu kan, mati lagi. Tolong-tolong, ada yang mati. Tolooooong. Seseorang, tolonglah. Di sini ada yang mati. Tolooooong. Matiiiiii. Ada orang tua mati. Tolooooong. (berlari ke sana kemari)
PT : (bangun tanpa diketahui Obe) hei siapa yang mati? (bingung)
Obe : kau yang mati. Kenapa kau mati lagi?
PEREMPUAN TUA TIDAK MENGHIRAUKAN, DIA BANGUN DAN TERUS BERJALAN KE SELATAN (WING KIRI).
Obe : Heiii, mau ke mana kau?
PT : aku mau pulang (seperti menaham sakit)
Obe : hah? pulang kemana?
PT : pulang ke asal (santai, dan masih seperti menahan sakit).
Obe : itu barusan mati lagi? Kau kenapa sih?
PT : iya itu mati lagi, kayaknya, mungkin benar itu mati. Hanya ada satu cara kita hidup, namun ada banyak cara untuk kita mati. (santai). Ini cara matiku, bagaimana cara matimu? (berjalan keluar lalu berbalik lagi) oh, hei anak muda, kau beruntung, kau tau? Mendapati masalah, sulit mencari jalan keluar dari masalah, itu lebih baik dari pada duduk diam tidak tau apa permasalahan. (lalu terus berjalan sempoyongan keluar panggung, dan sesekali seperti kambuh ayannya, jatuh, bangun lagi, sampai keluar panggung)
SUNYI, OBE BERDIRI TEGANG DAN BINGUNG, MATANYA MENGIKUTI JALANNYA PEREMPUAN TUA ITU SAMBIL BERPIKIR, NAFASNYA NGOS-NGOSAN. MUNGKIN MENYERAH UNTUK MENCARI TAU KENAPA ADA ORANG MATI LALU HIDUP LAGI, DAN MATI LAGI, HIDUP LAGI.
Obe : aaaaaaaaaaaaaa (spontan memecah sunyi), aku bingung. Apa urusannya ini? Apa yang terjadi hari ini? Apa aku masih nekat untuk mati. (bicara sendiri). Tapi...tapi. nanti takut hidup lagi, dan mati lagi, hidup lagi. Aaaaaaaarggh, dan itu sangat sakit. Sakit sekali. Kalau sudah begini, aku harus apa? Lari? Lari kemana? Orang-orang dalam bingung, zaman ini zaman bingung. Lihatlah orang-orang, berhayal ke sana-sini, suka ikut-ikutan, tidak mau tau dan tidak mau peduli tentang sekitar, menghebat-hebatkan diri sendiri, sombong, pongah terhadap karya yang dibuatnya dan selalu mengharap pujian, apaan? Nanti mati juga. Lalu hidup lagi seperti perempuan tua tadi itu. Kayak di neraka aja. Aaaaaaaaaaaa aku takut sekali.
LAMPU PADAM.

Habis
Share this article :

Similiar Templates

Tidak ada komentar:

Informasi

Diperkenankan mengambil isi di dalam blog ini dengan catatan "Jangan lupakan sumbernya"
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Teater Gemasastrin - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger